Berapa saldo tabungan kita?
Berapa saldo tabunganmu?
Pertanyaan seperti diatas banyak dilontarkan di zaman millennial seperti sekarang. Di zaman ini kekayaan diukur dari banyaknya nol di atas kertas. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu adalah sosok yang hidupnya miskin serba kekurangan.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menuturkan bahwa dahulu salah satu sahabat pernah menyembelih kambing, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang masih tersisa dari kambing itu?” ‘Aisyah berkata: “Tidak tersisa darinya kecuali tulang bahunya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Semuanya tersisa, kecuali tulang bahunya.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2470)
Itulah hakikat sebenarnya rekening saldo tabungan kita. Bukan angka angka yang kita lihat diatas kertas. Bukan coretan coretan tak berharga di buku tabungan. Melainkan saldo tabungan kita adalah shodaqoh, zakat, nafkah keluarga dan harta harta lainnya yang dikeluarkan fiisabilillah.
Hartamu Sekarang Bukan Milikmu!
Hei kamu, apakah kamu tahu bahwa hartamu sekarang bukan milikmu? Apakah kamu tahu bahwa saldo tabunganmu yang berjuta juta itu bukan hakmu?
Berapa saldo tabungan mu? Jutaan? Milyaran?
Oooh belum tentu, angka nol yang banyak itu belum tentu milikmu. Siapa diantara kalian yang baru gajian dengan ikhlas langsung memberikan seluruhnya kepada anak atau istri ataupun fakir miskin? Sepertinya tidak ada yang akan mengikhlaskannya begitu saja.
Padahal selama ini itulah yang kita kerjakan. Kita bekerja susah payah mencari uang lalu menabung lalu menabung dan terus menabung. Menunggu waktu dan akhirnya mangkat. Dan pada akhirnya harta kita yang kita banting tulang karnanya adalah milik ahli waris.
Ya, harta yang kita tabung, yang kita usahakan adalah milik ahli waris. Setelah kita bekerja lalu mendapatkan uang di tabung lalu ditabung dan terus ditabung sampai kita meninggal. Nah, setelah kita meninggal harta kita yang sudah ditabung begitu lama akan menjadi milik ahli waris.
Saldo rekeningmu bukan milikmu. Saldomu yang berjuta juta itu bukan milikmu. Angka angka yang berjejer itu bukan hak mu nantinya.
Tapi, sesungguhnya harta milik kita yang benar benar milik kita adalah yang kita shodaqohkan, infaqkan, wakafkan, atau kita beri nafkah kepada keluarga.
Saldo Yang Abadi
Sulitnya mencari uang di masa pandemi seperti ini. Apalagi bagi mereka yang mencari uang untuk hari itu hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup satu hari.
Namun, tahukah kamu ada harta yang akan abadi sampai kiamat? Ya, harta itu akan tetap eksis hingga hari pembalasan.
Harta ada tiga macam :
- Makanan yang akan sirna
- Pakaian yang akan usang
- Harta yang di shadaqahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)
Maka saldo yang abadi adalah yang kita infaqkan, shodaqohkan dll. Harta yang kita shodaqohkan juga adalah yang milik kita sepenuhnya dan akan menjadi pahala di hari akhir kelak.
Jangan biarkan harta yang telah kita kerjakan susah payah hilang begitu saja tanpa membawa manfaat di yaumuddin.
Saldo Banyak Tapi…?
Berapa saldo tabungan mu? Jutaan? Milyaran? Atau triliyun? Angka angka itu tidak akan berguna jika harta di baliknya adalah harta haram atau yang didapatkan dengan cara haram.
Baca juga Nama Lain Daging Babi dalam Komposisi Makanan agar lebih berhati hati dari hal hal yang haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً, وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta. [HR At Tirmidzi]
Harta dapat membawa kita menuju tempat kembali yang baik atau buruk, surga ataupun neraka, tergantung dari bagaimana kita membawanya.
Lebih lebih harta yang halal. Harta yang halal bisa dipermasalahkan oleh Allah di yaumul hisab kelak. Bagaimana bisa harta halal dipermasalahkan?
Tentu bisa, contohnya : Anda pergi makan malam bersama teman di sebuah restoran. Makanan dihidangkan, adzan maghrib berkumandang. Tak disadari sudah jam 9 dan tidak sholat maghrib.
Contoh diatas adalah contoh harta halal yang digunakan dalam hal mubah akan tetapi dipermasalahkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Berapa saldo tabungan mu yang benar benar halal? Yang benar benar terjamin bebas dari permasalahan akhirat? Kita belum bisa memastikannya, maka lebih baik mencegah dan menjauhi sebelum terjadi.
Saudaraku seiman, baiknya kita menjaga keluarga dari bahaya harta haram dan kehati hatian dalam menggunakan harta halal. Banyak resiko yang tidak bisa dibandingkan dengan apa yang diresikokan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :
إِذَا ظَهَرَ الزِّناَ وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim)
Jagalah saldo rekeningmu dari hal hal haram karna harta haram dapat membawa kita pada musibah dan bencana serta dampak dampak buruk lainnya.
Yuk, kita ramai ramai nabung di bank abadi milik Allah dengan berinfaq, sedekah dan banyak lainnya!